Jumat, 11 Desember 2009

KUNJUNGAN IBU KASAU KE KESEHATAN AAU


Sebagai rangkaian kegiatan Penutupan Pendidikan Karbol Akademi Angkatan Udara Periode 2007-2009 tanggal 11 Desember 2009 Ibu Kasau yaitu Ibu Maya Imam Sufaat yang juga Ibu Karbol melakukan kunjungan ke Kesehatan Akademi Angkatan Udara. Kunjungan disambut langsung oleh Kepala Kesehatan AAU Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes beserta staf dan anggota kesehatan. Ikut mendampingi dalam kegiatan kunjungan tersebut Ibu Ir. Dermawan Silaen beserta Ibu-Ibu Pengurus PIA Ardya Garini.

Dalam kunjungan tersebut Ibu Maya Imam Sufaat sempat berbincang-bincang dengan Siswa Karbol yang sedang menjalani perawatan di Kesehatan AAU. Siswa Karbol yang menjalani perawatan antara lain Sersan Karbol Ardhea, Sersan Karbol Hendriyan Frinando serta Sersan Karbol Amri Yudha. Kepala Kesehatan AAU Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes menjelaskan bahwa karbol-karbol yang dirawat saat ini masih dalam tahap pemulihan setelah menjalani sakit. Dalam kesempatan itu juga Ibu Maya Imam Sufaat berkenan memberikan bingkisan kepada para pasien.

Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama kali Ibu Maya Imam Sufaat ke Kesehatan AAU setelah beliau memangku jabatan selaku Ketua Umum PIA. Bagi Kepala Kesehatan kunjungan ini juga merupakan kunjungan yang pertama kali diterima setelah menjabat Kepala Kesehaatn AAU.

Rabu, 09 Desember 2009

Kualitas Hidup Penderita Rinosinusitis Kronik Pasca Terapi Bedah

M.Roikhan Harowi 1, Soepomo Soekardono 1, Bambang Udji Djoko.R 1

Intisari

Rinosinusitis kronik (RSK) adalah gangguan yang mempunyai karakteristik adanya peradangan mukosa hidung dan mukosa sinus paranasalis yang berlangsung selama 12 minggu. RSK mempunyai pengaruh penting pada kualitas hidup penderita. RSK secara nyata akan menurunkan kualitas hidup akibat obstruksi hidung dan iritasi, gangguan penghidu, gangguan tidur dan gejala pilek yang peristen. Meskipun terapi bedah dapat mengurangi kejadian rekurensi infeksi pada penderita RSK, namun hanya sedikit diketahui efek terapi bedah pada kualitas hidup penderita. Bedah sinus endoskopi (BSE) adalah salah satu hal penting dalam pengobatan RSK. Perbaikan setelah BSE untuk RSK dilaporkan sangat baik hingga mencapai 98 %. Penggunaan BSE telah memperbaiki kemampuan untuk melihat anatomi dan perluasan penyakit menggunakan endoskopi. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kualitas hidup penderita RSK yang dilakukan Bedah konvensional dengan yang dilakukan Bedah Sinus Endoskopi.

Penelitian ini menggunakan desain analisis cross sectional pada pasien yang telah dilakukah terapi bedah. Penderita RSK yang telah dilakukan terapi bedah dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok bedah konvensional dan kelompok bedah sinus endoskopi. Masing-masing kelompok berjumlah 31 orang. Kualitas hidup dibandingkan pada minimal 6 bulan pasca bedah menggunakan Sinonasal Outcome Test 20. Data di analisis menggunakan uji X2 dan uji X2 Mantel Haenzel untuk mengevaluasi karakteristik subyek untuk masing-masing kelompok. Tidak ada perbedaan karakteristik subyek menurut kelompok terapi (p> 0,05). Ada perbedaan bermakna kualitas hidup menurut riwayat alergi (p=0,001). Tidak ada perbedaan rerata skor masing-masing item SNOT 20 menurut kelompok terapi (p>0,05). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan ada perbedaan kualitas hidup menurut umur (p=0,032 95% KI 1,197-53,886) dan menurut riwayat alergi (p=0,033 95% KI 1,318-657,202). Tidak ada perbedaan kualitas hidup penderita RSK antara yang dilakukan bedah konvensional dengan BSE (p=0,095 95% KI 0,574-1034,074)

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan kualitas hidup berdasarkan SNOT 20 penderita RSK yang dilakukan bedah sinus endoskopi dibandingkan yang dilakukan bedah konvensional.


Kata kunci : rinosinusitis kronik, kualitas hidup, SNOT 20, terapi bedah sinus
-------------------------------------------------------------
1. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung tenggorok dan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr. Sardjito

The health-related quality of life in patient’s chronic rhinosinusitis after surgery

M.Roikhan Harowi 1, Soepomo Soekardono 1, Bambang Udji Djoko.R 1

Abstract

Chronic rhinosinusitis (CRS) is a group of disorders characterized by inflammation of the mucosa of the nose and paranasal sinuses of at least 12 consecutive weeks duration. Chronic rhinosinusitis has substantial impact on patient’s quality of life. CRS may significantly reduce health related quality of life as a result of nasal obstruction and irritation, lost sense of taste and smell, sleeping difficulties, and persistent cold-like symptoms. Although sinus surgery may reduce the incidence of recurrent infection in patients with chronic sinusitis, little is known about the effect of such surgery on a patient's quality of life. Endoscopic sinus surgery (ESS) is probably one of the most important therapies for CRS. Improvement following FESS for CRS has been reported as very good, with satisfaction reported in up to 98% of patients. The use of endoscopic sinus surgery (ESS) in the CRS has improved ability to visualize the anatomy and extent of disease using endoscopes. The objective of this study was to compare the health-related quality of life of patients who have been performed conventional sinus surgery with those who have been performed endoscopic sinus surgery.

This was a analytic cross sectional study of patients who have been performed sinonasal surgery. The subjects who have been performed sinus surgery devided into two group, conventional surgery group and endoscopic sinus surgery group. Number of subject would be compared 31 patients for each group. The health-related quality of life would be compared at minimal 6 months after surgery using the Sino-Nasal Outcome Test 20 (SNOT-20). The data have analyzed using X2 test and X2 Mantel Haenzel test to evaluate the characteristic of subject in both groups. There was no significantly difference the characteristic of subject in both groups (p>0,05). There was significantly difference of the patient’s health-related quality of life according to allergy (p=0,001). There was no significantly difference score mean SNOT 20 according to sinonasal surgery group (p>0,05). Analyzed with logistic regresion there was significantly difference of patient’s health-related quality of life according to allergy (p=0,033; adjusted odd ratio 29,433; 95% CI 1,318-657,202) and according to age (p=0,032; adjusted odd ratio 8,030; 95% CI 1,197-53,886). There was no significantly difference of the patient’s health-related-quality of life in chronic rhinosinusitis (CRS) who have been performed endoscopic sinus surgery with those who have been perfomed conventional sinus surgery (p=0,095; 95% CI 0,574-1034,074).

Conclusion : There was no significantly difference of patient’s health-related quality of life according to SNOT 20 in CRS who have been performed endoscopic sinus surgery with those who have been performed conventional sinus surgery.

Keywords : chronic rhinosinusitis, quality of life, SNOT 20, sinonasal surgery
---------------------------------------------------------
1. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Departement, Faculty of Medicine Gadjah Mada University/Dr Sardjito Hospital.

HARI PERTAMA SEBAGAI KAKES AAU

Setelah menunggu kurang lebih 4 bulan mutasi ke Yogyakarta akhirnya jadi kenyataan. Mutasi ke Yogya ini sempat tertunda karena harus menunggu junior yang baru sekolah Susdokbang di Jakarta. Dengan perasaan haru bercampur lega Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes meninggalkan Kupang. Setelah sehari menyerahkan tugas dan tangung jawab sebagai Karumkit kepada Dan lanud El Tari,dokter satu ini meninggalkan El tari dengan pesawat komersial alias ”paum putih”. Selamat tinggal Kupang.....selamat tinggal kenangan di Kota Kasih Kupang.

Hanya dua hari dokter ini bertemu dan melepaskan rindu buat keluarga di rumah. Hari Senin tanggal 16 November 2009 Dr. Harowi sudah mulai aktif di kesehatan Akademi Angkatan Udara (AAU). Kesempatan cuti yang bisa diambil ternyata tidak digunakan dan dimanfaatkan oleh dokter satu ini. Saya sudah lima tahun berturut-turut tidak mengambil cuti...Biarlah hangus. Hari pertama masuk kantor, tentunya adalah perkenalan yang dilakukan Dr. Harowi. Banyak tugas dan pekerjaan di Kesehatan AAU yang harus dilaporkan ke komando atas serta di kooordinasikan dengan satker samping. Karbol adalah perhatian utama di kesehatan AAU.

Hari pertama masuk sudah dipanggil oleh Wagub untuk mengikuti sidang Dewan Akademik yang membahas akademik Sermatukar – Sermatukar yang sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikan. Semua harus dijalani dengan senang hati kata dokter Harowi. Bekerja di lingkungan lembaga pendidikan bukan merupakan hal yang baru buat dokter THT satu ini. Pengalaman dia sekitar 4 tahun dari tahun 1993 s/d 1997 di RSAU Adisoemarmo merupakan modal yang cukup untuk menyesuaikan diri di Kesehatan AAU.

Senin, 07 Desember 2009

PULANG KE KOTAMU YOGYAKARTA


Terhitung 27 Agustus 2009 Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes mendapatkan Skep untuk mutasi ke Yogyakarta sebagai Kepala Kesehatan (Kakes) di Kesehatan Akademi Angkatan Udara. Sebagai seorang prajurit tentara saya harus selalu siap dipindah tugaskan baik suka maupun tidak suka kata dokter THT ini. Pimpinan pasti mempunyai pertimbangan lain kenapa saya harus dipindah tugaskan, tegas Dr. Harowi. Tugas sebagai Kakes di AAU juga merupakan tantangan tugas yang harus saya hadapi dan jalani. Dinas Kesehatan sebagai bagian dari AAU yang merupakan lembaga pendidikan yang mencetak para calon pemimpin TNI AU mempunyai tugas berat dalam menyiapkan dan memelihara kesehatan serta mental para siswa karbol agar dapat menjalani program pendidikan dengan kesehatan dan mental yang prima.

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Setiap sudut menatapmu bersahabat
Penuh selaksa makna…….dst

demikian nyayian Katon Bagaskara dalam syair lagunya Yogyakarta.

Setahun bertugas di Rumah Sakit TK IV El Tari merupakan waktu yang singkat. Meskipun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik selama dinas di Kupang Kota Kasih. Tugas sebagai Kepala Rumah sakit menuntut seorang pemimpin mampu menggerakan dan memotivasi anak buah agar mampu menjalankan tugas sebagai prajurit tentara sekaligus sebagai tenaga medis. Prinsip managemen harus benar-benar diterapkan agar semua tugas dapat terselesaikan, demikian ungkap Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes selaku mantan Kepala Sakit Tk IV El Tari Kupang.

Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah menjalin kerjasama dengan instansi maupun intitusi di luar TNI. Institusi maupun Instansi diluar TNI akan sangat senang sekali jika kita mau bekerjasama,karena banyak hal yang dapat kita petik dan bermanfaat dari kerjasama tersebut. Kerjasama tersebut akan saling mengisi. Pengalaman bentuk kerjasama dijalin adalah saat akan diadakan Bakti sosial (Baksos) dalam rangka Hari Bakti TNI AU Tahun 2009. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun. Hanya dalam waktu seminggu begitu selesai pendidikan Sekkau 85, sebagai Kepala Rumah Sakit, saya harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan Baksos. Obat dan peralatan pendukung lain sebagai modal mengadakan baksos belum dimiliki, padahal tinggal satu minggu pelaksanaan atau hari H nya. Pusing tujuh keliling, demikian kata orang. Tetapi dengan kerjasama yang baik dengan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Propinsi NTT, Kabupaten maupun Kotamadya Kupang semuanya dapat teratasi. Obat maupun kebutuhan material kesehatan (matkes) serta alkes (alat kesehatan) dapat kita siapkan, demikian ungkap Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes. Dr Harowi berharap Rumah Sakit Tk IV El Tari Kupang akan bertambah maju di masa mendatang.