Jumat, 11 Desember 2009

KUNJUNGAN IBU KASAU KE KESEHATAN AAU


Sebagai rangkaian kegiatan Penutupan Pendidikan Karbol Akademi Angkatan Udara Periode 2007-2009 tanggal 11 Desember 2009 Ibu Kasau yaitu Ibu Maya Imam Sufaat yang juga Ibu Karbol melakukan kunjungan ke Kesehatan Akademi Angkatan Udara. Kunjungan disambut langsung oleh Kepala Kesehatan AAU Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes beserta staf dan anggota kesehatan. Ikut mendampingi dalam kegiatan kunjungan tersebut Ibu Ir. Dermawan Silaen beserta Ibu-Ibu Pengurus PIA Ardya Garini.

Dalam kunjungan tersebut Ibu Maya Imam Sufaat sempat berbincang-bincang dengan Siswa Karbol yang sedang menjalani perawatan di Kesehatan AAU. Siswa Karbol yang menjalani perawatan antara lain Sersan Karbol Ardhea, Sersan Karbol Hendriyan Frinando serta Sersan Karbol Amri Yudha. Kepala Kesehatan AAU Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes menjelaskan bahwa karbol-karbol yang dirawat saat ini masih dalam tahap pemulihan setelah menjalani sakit. Dalam kesempatan itu juga Ibu Maya Imam Sufaat berkenan memberikan bingkisan kepada para pasien.

Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama kali Ibu Maya Imam Sufaat ke Kesehatan AAU setelah beliau memangku jabatan selaku Ketua Umum PIA. Bagi Kepala Kesehatan kunjungan ini juga merupakan kunjungan yang pertama kali diterima setelah menjabat Kepala Kesehaatn AAU.

Rabu, 09 Desember 2009

Kualitas Hidup Penderita Rinosinusitis Kronik Pasca Terapi Bedah

M.Roikhan Harowi 1, Soepomo Soekardono 1, Bambang Udji Djoko.R 1

Intisari

Rinosinusitis kronik (RSK) adalah gangguan yang mempunyai karakteristik adanya peradangan mukosa hidung dan mukosa sinus paranasalis yang berlangsung selama 12 minggu. RSK mempunyai pengaruh penting pada kualitas hidup penderita. RSK secara nyata akan menurunkan kualitas hidup akibat obstruksi hidung dan iritasi, gangguan penghidu, gangguan tidur dan gejala pilek yang peristen. Meskipun terapi bedah dapat mengurangi kejadian rekurensi infeksi pada penderita RSK, namun hanya sedikit diketahui efek terapi bedah pada kualitas hidup penderita. Bedah sinus endoskopi (BSE) adalah salah satu hal penting dalam pengobatan RSK. Perbaikan setelah BSE untuk RSK dilaporkan sangat baik hingga mencapai 98 %. Penggunaan BSE telah memperbaiki kemampuan untuk melihat anatomi dan perluasan penyakit menggunakan endoskopi. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kualitas hidup penderita RSK yang dilakukan Bedah konvensional dengan yang dilakukan Bedah Sinus Endoskopi.

Penelitian ini menggunakan desain analisis cross sectional pada pasien yang telah dilakukah terapi bedah. Penderita RSK yang telah dilakukan terapi bedah dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok bedah konvensional dan kelompok bedah sinus endoskopi. Masing-masing kelompok berjumlah 31 orang. Kualitas hidup dibandingkan pada minimal 6 bulan pasca bedah menggunakan Sinonasal Outcome Test 20. Data di analisis menggunakan uji X2 dan uji X2 Mantel Haenzel untuk mengevaluasi karakteristik subyek untuk masing-masing kelompok. Tidak ada perbedaan karakteristik subyek menurut kelompok terapi (p> 0,05). Ada perbedaan bermakna kualitas hidup menurut riwayat alergi (p=0,001). Tidak ada perbedaan rerata skor masing-masing item SNOT 20 menurut kelompok terapi (p>0,05). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan ada perbedaan kualitas hidup menurut umur (p=0,032 95% KI 1,197-53,886) dan menurut riwayat alergi (p=0,033 95% KI 1,318-657,202). Tidak ada perbedaan kualitas hidup penderita RSK antara yang dilakukan bedah konvensional dengan BSE (p=0,095 95% KI 0,574-1034,074)

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan kualitas hidup berdasarkan SNOT 20 penderita RSK yang dilakukan bedah sinus endoskopi dibandingkan yang dilakukan bedah konvensional.


Kata kunci : rinosinusitis kronik, kualitas hidup, SNOT 20, terapi bedah sinus
-------------------------------------------------------------
1. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung tenggorok dan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr. Sardjito

The health-related quality of life in patient’s chronic rhinosinusitis after surgery

M.Roikhan Harowi 1, Soepomo Soekardono 1, Bambang Udji Djoko.R 1

Abstract

Chronic rhinosinusitis (CRS) is a group of disorders characterized by inflammation of the mucosa of the nose and paranasal sinuses of at least 12 consecutive weeks duration. Chronic rhinosinusitis has substantial impact on patient’s quality of life. CRS may significantly reduce health related quality of life as a result of nasal obstruction and irritation, lost sense of taste and smell, sleeping difficulties, and persistent cold-like symptoms. Although sinus surgery may reduce the incidence of recurrent infection in patients with chronic sinusitis, little is known about the effect of such surgery on a patient's quality of life. Endoscopic sinus surgery (ESS) is probably one of the most important therapies for CRS. Improvement following FESS for CRS has been reported as very good, with satisfaction reported in up to 98% of patients. The use of endoscopic sinus surgery (ESS) in the CRS has improved ability to visualize the anatomy and extent of disease using endoscopes. The objective of this study was to compare the health-related quality of life of patients who have been performed conventional sinus surgery with those who have been performed endoscopic sinus surgery.

This was a analytic cross sectional study of patients who have been performed sinonasal surgery. The subjects who have been performed sinus surgery devided into two group, conventional surgery group and endoscopic sinus surgery group. Number of subject would be compared 31 patients for each group. The health-related quality of life would be compared at minimal 6 months after surgery using the Sino-Nasal Outcome Test 20 (SNOT-20). The data have analyzed using X2 test and X2 Mantel Haenzel test to evaluate the characteristic of subject in both groups. There was no significantly difference the characteristic of subject in both groups (p>0,05). There was significantly difference of the patient’s health-related quality of life according to allergy (p=0,001). There was no significantly difference score mean SNOT 20 according to sinonasal surgery group (p>0,05). Analyzed with logistic regresion there was significantly difference of patient’s health-related quality of life according to allergy (p=0,033; adjusted odd ratio 29,433; 95% CI 1,318-657,202) and according to age (p=0,032; adjusted odd ratio 8,030; 95% CI 1,197-53,886). There was no significantly difference of the patient’s health-related-quality of life in chronic rhinosinusitis (CRS) who have been performed endoscopic sinus surgery with those who have been perfomed conventional sinus surgery (p=0,095; 95% CI 0,574-1034,074).

Conclusion : There was no significantly difference of patient’s health-related quality of life according to SNOT 20 in CRS who have been performed endoscopic sinus surgery with those who have been performed conventional sinus surgery.

Keywords : chronic rhinosinusitis, quality of life, SNOT 20, sinonasal surgery
---------------------------------------------------------
1. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Departement, Faculty of Medicine Gadjah Mada University/Dr Sardjito Hospital.

HARI PERTAMA SEBAGAI KAKES AAU

Setelah menunggu kurang lebih 4 bulan mutasi ke Yogyakarta akhirnya jadi kenyataan. Mutasi ke Yogya ini sempat tertunda karena harus menunggu junior yang baru sekolah Susdokbang di Jakarta. Dengan perasaan haru bercampur lega Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes meninggalkan Kupang. Setelah sehari menyerahkan tugas dan tangung jawab sebagai Karumkit kepada Dan lanud El Tari,dokter satu ini meninggalkan El tari dengan pesawat komersial alias ”paum putih”. Selamat tinggal Kupang.....selamat tinggal kenangan di Kota Kasih Kupang.

Hanya dua hari dokter ini bertemu dan melepaskan rindu buat keluarga di rumah. Hari Senin tanggal 16 November 2009 Dr. Harowi sudah mulai aktif di kesehatan Akademi Angkatan Udara (AAU). Kesempatan cuti yang bisa diambil ternyata tidak digunakan dan dimanfaatkan oleh dokter satu ini. Saya sudah lima tahun berturut-turut tidak mengambil cuti...Biarlah hangus. Hari pertama masuk kantor, tentunya adalah perkenalan yang dilakukan Dr. Harowi. Banyak tugas dan pekerjaan di Kesehatan AAU yang harus dilaporkan ke komando atas serta di kooordinasikan dengan satker samping. Karbol adalah perhatian utama di kesehatan AAU.

Hari pertama masuk sudah dipanggil oleh Wagub untuk mengikuti sidang Dewan Akademik yang membahas akademik Sermatukar – Sermatukar yang sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikan. Semua harus dijalani dengan senang hati kata dokter Harowi. Bekerja di lingkungan lembaga pendidikan bukan merupakan hal yang baru buat dokter THT satu ini. Pengalaman dia sekitar 4 tahun dari tahun 1993 s/d 1997 di RSAU Adisoemarmo merupakan modal yang cukup untuk menyesuaikan diri di Kesehatan AAU.

Senin, 07 Desember 2009

PULANG KE KOTAMU YOGYAKARTA


Terhitung 27 Agustus 2009 Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes mendapatkan Skep untuk mutasi ke Yogyakarta sebagai Kepala Kesehatan (Kakes) di Kesehatan Akademi Angkatan Udara. Sebagai seorang prajurit tentara saya harus selalu siap dipindah tugaskan baik suka maupun tidak suka kata dokter THT ini. Pimpinan pasti mempunyai pertimbangan lain kenapa saya harus dipindah tugaskan, tegas Dr. Harowi. Tugas sebagai Kakes di AAU juga merupakan tantangan tugas yang harus saya hadapi dan jalani. Dinas Kesehatan sebagai bagian dari AAU yang merupakan lembaga pendidikan yang mencetak para calon pemimpin TNI AU mempunyai tugas berat dalam menyiapkan dan memelihara kesehatan serta mental para siswa karbol agar dapat menjalani program pendidikan dengan kesehatan dan mental yang prima.

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Setiap sudut menatapmu bersahabat
Penuh selaksa makna…….dst

demikian nyayian Katon Bagaskara dalam syair lagunya Yogyakarta.

Setahun bertugas di Rumah Sakit TK IV El Tari merupakan waktu yang singkat. Meskipun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik selama dinas di Kupang Kota Kasih. Tugas sebagai Kepala Rumah sakit menuntut seorang pemimpin mampu menggerakan dan memotivasi anak buah agar mampu menjalankan tugas sebagai prajurit tentara sekaligus sebagai tenaga medis. Prinsip managemen harus benar-benar diterapkan agar semua tugas dapat terselesaikan, demikian ungkap Mayor Kes Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes selaku mantan Kepala Sakit Tk IV El Tari Kupang.

Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah menjalin kerjasama dengan instansi maupun intitusi di luar TNI. Institusi maupun Instansi diluar TNI akan sangat senang sekali jika kita mau bekerjasama,karena banyak hal yang dapat kita petik dan bermanfaat dari kerjasama tersebut. Kerjasama tersebut akan saling mengisi. Pengalaman bentuk kerjasama dijalin adalah saat akan diadakan Bakti sosial (Baksos) dalam rangka Hari Bakti TNI AU Tahun 2009. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun. Hanya dalam waktu seminggu begitu selesai pendidikan Sekkau 85, sebagai Kepala Rumah Sakit, saya harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan Baksos. Obat dan peralatan pendukung lain sebagai modal mengadakan baksos belum dimiliki, padahal tinggal satu minggu pelaksanaan atau hari H nya. Pusing tujuh keliling, demikian kata orang. Tetapi dengan kerjasama yang baik dengan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Propinsi NTT, Kabupaten maupun Kotamadya Kupang semuanya dapat teratasi. Obat maupun kebutuhan material kesehatan (matkes) serta alkes (alat kesehatan) dapat kita siapkan, demikian ungkap Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes. Dr Harowi berharap Rumah Sakit Tk IV El Tari Kupang akan bertambah maju di masa mendatang.

Jumat, 04 September 2009

RUMAH SAKIT TINGKAT IV LANUD EL TARI KEMBALI PEDULI


Setelah berhasil melaksanakan kegiatan pengobatan dan sunatan massal yang pertama di Desa Baumata Kecamatan Baumata Kabupaten Kupang pada tanggal 13 Juli 2009, Rumah Sakit Tingkat IV Lanud El Tari kembali melaksankan kegiatan serupa di Desa Naimata Kecamatan Maulafa Kotamadya Kupang pada tanggal 24 Juli 2009. Kegiatan ini juga sebagai rangkaian kegiatan dalam Hari Bakti TNI AU yang ke 62 tahun 2009. Pelaksanaan kegiatan ini didasari bahwa Lanud El tari sebagai bagian dari masyarakat Kupang yaitu sebagian sebagai wilayah kabupaten Kupang dan sebagian sebagai bagian wilayah Kotamdya Kupang. Sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat Kotamadya Kupang, Rumah sakit Tingkat IV Lanud El Tari Kupang memilih untuk melaksanakan kegiatan pengobatan dan sunatan massal di Desa Naimata Kecamatan Maulafa . Kegiatan pengobatan massal di Naimata merupakan kegiatan yang pertama kali di wilayah Kotamadya Kupang, karena tahun - tahun sebelumnya kegiatan hanya diadakan di kabupaten Kupang. Komandan Lanud El Tari Letkol PNB Joko Sugeng Suryanto yang alumnus AAU 1991 didampingi Karumkit Lanud El Tari Mayor Kes Dr. M. Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes menjelaskan kepada pers yang meliput kegiatan tersebut bahwa kegiatan ini akan dijadikan agenda kegiatan rutin tiap tahun sebagai kepedulian lanud El Tari kepada masyarakat Kupang.

Sambutan positif masyarakat Naimata dan sekitarnya terhadap kegiatan ini cukup mengembirakan, Hal ini terbukti dari antusias masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pengobatan dan sunatan massal gratis ini cukup banyak yaitu sekitar 306 pasien pengobatan umum dan 60 pasien sunatan. Seperti pada kegiatan sebelumnya, rata-rata peminat sunatan massal adalah laki-laki dewasa dengan rerata usia 25 tahun,dengan usia tertua 42 tahun. Menurut Mayor Kes Dr. M. Roikhan Harowi., SpTHT-KL.M.Kes Karumkit Tingkat IV Lanud El Tari yang juga koordinator pelaksana kegiatan bahwa sunat yang diadakan berbeda dengan sunat adat (sunat tradisional) yang biasa dijalani oleh laki-laki Kupang. Sunat yang dilakukan dengan sunat adat biasanya lebih banyak menimbulkan komplikasi yaitu infeksi sesudah sunat karena kurangnya sterilitas dari alat-alat yang digunakan dan teknik yang dipakai. Selain pengobatan dan sunatan massal juga diadakan pemberian makanan tambahan kepada Balita berupa Biskuit dan makanan pengganti ASI (PASI) berupa bubur susu. Pelaksanaan pengobatan yang di laksanakan melibatkan beberapa satuan samping diantaranya RS TNI AD Wiracakti, RSAL, Dinas Kesehatan Kotamadya Kupang,Kompi D “BS” Paskhas, Satuan Radar 241 Buraen, PIA Ardya Garini Lanud El Tari.

PROFIL KARUMKIT RSAU TK IV EL TARI KUPANG


Namanya agak susah untuk di hafal karena terlalu panjang. Orang akan menyangka bahwa Karumkit satu ini berasal dari luar Jawa karena namanya bukan cetakan nama orang Jawa seperti Joko Keloroloro, Bambang Trenggono, Agus Setiyono dan sebagainya. Tapi Dr. Muhammad Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes demikian nama yang dimaksud. Namanya cukup panjang dan orang Jawa tulen. Alumnus dari Sepamilsuk angkatan ke VI tahun 1993 ini berasal dari Yogyakarta tepatnya dari kota Wates Kulon Progo. West Prog demikian kebanyakan orang menyebut kota kecil sebelah barat Yogyakarta ini.

Banyak bersyukur
Lahir di Kulon Progo sekitar 40 tahun yang lalu, dan dibesarkan di kalangan masyarakat biasa. Ayahnya seorang pegawai negeri golongan II, dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Masa kecil dia jalani di kampung bersama enam bersaudara serta anak-anak kampung lainnya. SD hingga SMA dia tempuh di tanah kota kelahirannya. Selepas SMA tahun 1988, dia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi tepatnya di Fakultas Kedokteran UNS Solo tanpa melalui test alias bebas test, yaitu melalui jalur PMDK. Barokah dan Rahmat Allah SWT demikian ungkapan dia terhadap hal ini. Oleh karena itu sepatutnya semua harus disyukuri dengan menjalankan tugas yang ada sebaik-baiknya demikian ungkap Karumkit.

Terbebas Dari PTT
Selesai menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran tepat 4 tahun, dia mulai resah karena sistem pengangkatan dokter menjadi PNS tidak otomatis seperti tahun-tahun sebelumnya. Program pemerintah terhadap lulusan dokter yang dikenal dengan PTT (Pegawai Tidak Tetap) mulai diterapkan dan dibedakan menjadi 3 golongan yaitu Daerah sangat terpencil, terpencil dan tidak terpencil. Masuk menjadi dokter ABRI saat itu menjadi pilihannya agar terbebas dari kewajiban PTT yang belum jelas masa nasibnya. Dengan keyakinan dan restu dari orang tua saya diterima masuk Sepamilsuk ABRI VI tanpa sepeser uangpun yang saya keluarkan kata dokter ahli THT ini. Makanya dokter satu ini heran kalau sekarang ada rumor bahwa mau menjadi anggota TNI harus mengeluarkan uang yang banyak. Modal utama adalah kesiapan fisik dan mental, demikian kata Dr Harowi. Pendidikan saya jalani dengan senang hati dan tanpa perasaan beban, sehingga tanpa terasa pendidikan selesai, demikian ungkap dokter ini sambil mengenang saat-saat masa pendidikan militer pertama. Bulan Agustus 1993 dia di lantik menjadi perwira pertama dengan pangkat Letnan dua kesehatan. Penempatan pertama adalah sebagai Perwira DP Lanud Adi Soemarmo Solo sampai dengan tahun 1997.


Pilihan berat
Selesai menyelesaikan pendidikan dokter,dokter satu ini langsung di tempatkan sebagai Kepala unit poli umum Rumkit Iswahyudi Madiun. Belum setahun bertugas di Madiun, tugas ke daerah operasi Timor-Timur harus dia jalani sekitar tahun 1998. Sebagai anggota ABRI, tugas mendadak merupakan hal yang sudah biasa. Tetapi bertugas dengan harus meninggalkan seorang istri Dyah Astuti Damayanti,SH yang dia cintai, yang baru hamil 3 bulan merupakan hal sangat berat. Dengan berat hati dan perasaan bercampur sedih, istri tercinta mengantar keberangkatan tugas ke Timor-Timur menggunakan pesawat C-130 Hercules. Alhamdullilah semua saya jalani dengan lancar dan selamat. Kuncinya adalah doa dan selalu menjalin komunikasi dengan istri selama bertugas, itulah ungkap dokter satu ini.

Dokter Skadron
Tugas di daerah operasi Timor-Timur dia jalani hampir setengah tahun, dan kembali ke Rumkit Iswahyudi Madiun hingga tahun 2000 dan berpangkat Letnan satu . Selesai pendidikan Sekolah Kesehatan Penerbangan (Sekespra) Angkatan XVIII tahun 2000, dokter satu ini dipindah ke Skadron Udara 6 Wing 4 Lanud Atang Senjaya Bogor, sebagai Kepala Urusan Kesehatan (Kaur Kes) atau dokter skadron. Adanya restrukturisasi organisasi di skadron jabatan yang dia tempati berganti nama sebagai Kepala Kesehatan (Kakes) skadron. Pangkat kapten dia dapatkan saat bertugas di skadron. Skadron udara yang oleh kebanyakan anggota TNI AU dianggap tempat yang serem dan menakutkan, ternyata disangkal oleh dokter satu ini. Bagi Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes skadron merupakan tempat yang menyenangkan untuk belajar dan bekerja. Disiplin dan loyalitas merupakan ciri yang dijunjung tinggi di skadron demikian penjelasan Karumkit El Tari. Hampir 3,5 tahun lebih dinas di skadron dia jalani sehingga cukup akrab dengan crew skadron 6 yang mengawaki pesawat S-58 T (Twin Pack) dan NAS 332 Super Puma ini.

KRL Bogor - Jakarta
Setelah 3,5 tahun di skadron udara 6, dokter satu ini mendapatkan mutasi ke Jakarta yaitu tepatnya sebagai Kaur Audiometri di klinik THT Aeroklinik Lakespra Saryanto. Hari- hari dia jalani dengan perjalanan dari Bogor ke Jakarta dengan menggunakan jasa kereta api KRL. Tepat jam 05.00 dokter ini sudah berada di atas kereta api di stasiun Bogor. Ketinggalan sebentar saja maka akan telat sampai di Jakarta dan tidak akan dapat mengikuti apel pagi, demikian kata dokter Harowi. Dan baru sekitar jam 17.00 dokter ini sampai kembali di Bogor. Hanya mandi dan ganti baju bahkan tidak sempat makan minum dokter satu ini langsung menuju tempat praktek. Kehidupan seperti ini dia jalani dengan senang hati meskipun waktu bersama dengan anak sangat berkurang,karena saat dokter ini berangkat kerja anak-anak belum bangun dan saat pulang praktek,anak-anak sudah tidur. Rutinitas seperti ini tidak lama dia jalani karena panggilan untuk sekolah spesialis THT di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta telah ada. Mulai per 1 Januarai 2004 kehidupan dia jalani sebagai Residen Ilmu Penyakit THT. Keluargapun harus diboyong ke Yogyakarta.

Usaha dan Kerja Keras
Suasana pendidikan spesialis sangat jauh berbeda dengan kehidupan militer seperti yang dia alami sehari-hari. Banyak teman-teman senior residen THT merupakan adik kelas sewaktu menempuh pendidikan dokter umum dulu. Seorang perwira pangkat kapten harus mau diperintah oleh senior residen yang nota bene adalah adik-adiknya waktu pendidikan dokter dan umurnya jauh lebih muda. Tetapi semua dia jalani dengan senang hati dan ikhlas. Badai pasti akan berlalu, demikian ungkapan dia untuk menghibur diri. Pendidikan spesialis dia jalani dengan usaha dan kerja yang keras karena dia harus menempuh program pendidikan S2 yang dilaksanakan bersama-sama dengan pendidikan spesialis. Double degree demikian istilah yang lazim, karena harus menempuh dua pendidikan dalam satu waktu. Dengan stock dana yang terbatas, kerja dan kemauan yang keras, dia jalani pendidikan spesialis dan S2 dengan lancar. Hal ini terbukti bahwa gelar spesialis THT-KL ini dia raih dengan tepat waktu yaitu bulan Juli 2008, bahkan gelar S2 Magister kesehatan (M.Kes) sudah dia raih pada tahun sebelumnya yaitu Juli 2007.

Peran Keluarga
Kesuksesan yang dia raih tidak terlepas dari peran istri tercintanya yaitu Diah Astuti Damayanti,SH. Istri dan kedua anak tercintanya Muhammad Luthfi Jaisyurrahman (9 tahun) dan Amira Zahra Ahsani Taqwim (5 tahun) adalah sebagai pemberi semangat dan ide dalam menyelesaikan pendidikan. Dialah yang mendorong motivasi saya untuk segera menyelesaikan pendidikan ini, ungkap dokter ini dengan penuh bangga. Bahkan istrinya di suruh untuk menempuh pendidikan S2 juga di Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum UGM, begitu dia menyelesaikan pendidikan spesialis. Saya berprinsip seperti bapak ibu saya, bahwa beliau tidak dapat memberi warisan apa-apa kecuali warisan pendidikan / ilmu yang dapat digunakan sepanjang masa, demikian penjelasan Dr Harowi.

Tugas berat
Begitu selesai pendidikan spesialis, dia mendapatkan Skep penempatan sebagai Kepala Rumah sakit TK IV El Tari Kupang terhitung mulai September 2008. Tugas ini berat dan sebagai tantangan bagi saya untuk dapat menjalankan dengan baik,ungkap ahli THT ini. Rumah sakit TNI AU harus dikelola secara profesional dan berorientasi pelayanan dan profit jika ingin maju, karena subsidi dari atas sangat terbatas. Subsidi silang merupakan cara yang jitu untuk tetap mengedepankan kualitas dukungan dan pelayanan kepada pasien Dinas, demikian penjelasan karumkit.