Jumat, 04 September 2009

PROFIL KARUMKIT RSAU TK IV EL TARI KUPANG


Namanya agak susah untuk di hafal karena terlalu panjang. Orang akan menyangka bahwa Karumkit satu ini berasal dari luar Jawa karena namanya bukan cetakan nama orang Jawa seperti Joko Keloroloro, Bambang Trenggono, Agus Setiyono dan sebagainya. Tapi Dr. Muhammad Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes demikian nama yang dimaksud. Namanya cukup panjang dan orang Jawa tulen. Alumnus dari Sepamilsuk angkatan ke VI tahun 1993 ini berasal dari Yogyakarta tepatnya dari kota Wates Kulon Progo. West Prog demikian kebanyakan orang menyebut kota kecil sebelah barat Yogyakarta ini.

Banyak bersyukur
Lahir di Kulon Progo sekitar 40 tahun yang lalu, dan dibesarkan di kalangan masyarakat biasa. Ayahnya seorang pegawai negeri golongan II, dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Masa kecil dia jalani di kampung bersama enam bersaudara serta anak-anak kampung lainnya. SD hingga SMA dia tempuh di tanah kota kelahirannya. Selepas SMA tahun 1988, dia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi tepatnya di Fakultas Kedokteran UNS Solo tanpa melalui test alias bebas test, yaitu melalui jalur PMDK. Barokah dan Rahmat Allah SWT demikian ungkapan dia terhadap hal ini. Oleh karena itu sepatutnya semua harus disyukuri dengan menjalankan tugas yang ada sebaik-baiknya demikian ungkap Karumkit.

Terbebas Dari PTT
Selesai menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran tepat 4 tahun, dia mulai resah karena sistem pengangkatan dokter menjadi PNS tidak otomatis seperti tahun-tahun sebelumnya. Program pemerintah terhadap lulusan dokter yang dikenal dengan PTT (Pegawai Tidak Tetap) mulai diterapkan dan dibedakan menjadi 3 golongan yaitu Daerah sangat terpencil, terpencil dan tidak terpencil. Masuk menjadi dokter ABRI saat itu menjadi pilihannya agar terbebas dari kewajiban PTT yang belum jelas masa nasibnya. Dengan keyakinan dan restu dari orang tua saya diterima masuk Sepamilsuk ABRI VI tanpa sepeser uangpun yang saya keluarkan kata dokter ahli THT ini. Makanya dokter satu ini heran kalau sekarang ada rumor bahwa mau menjadi anggota TNI harus mengeluarkan uang yang banyak. Modal utama adalah kesiapan fisik dan mental, demikian kata Dr Harowi. Pendidikan saya jalani dengan senang hati dan tanpa perasaan beban, sehingga tanpa terasa pendidikan selesai, demikian ungkap dokter ini sambil mengenang saat-saat masa pendidikan militer pertama. Bulan Agustus 1993 dia di lantik menjadi perwira pertama dengan pangkat Letnan dua kesehatan. Penempatan pertama adalah sebagai Perwira DP Lanud Adi Soemarmo Solo sampai dengan tahun 1997.


Pilihan berat
Selesai menyelesaikan pendidikan dokter,dokter satu ini langsung di tempatkan sebagai Kepala unit poli umum Rumkit Iswahyudi Madiun. Belum setahun bertugas di Madiun, tugas ke daerah operasi Timor-Timur harus dia jalani sekitar tahun 1998. Sebagai anggota ABRI, tugas mendadak merupakan hal yang sudah biasa. Tetapi bertugas dengan harus meninggalkan seorang istri Dyah Astuti Damayanti,SH yang dia cintai, yang baru hamil 3 bulan merupakan hal sangat berat. Dengan berat hati dan perasaan bercampur sedih, istri tercinta mengantar keberangkatan tugas ke Timor-Timur menggunakan pesawat C-130 Hercules. Alhamdullilah semua saya jalani dengan lancar dan selamat. Kuncinya adalah doa dan selalu menjalin komunikasi dengan istri selama bertugas, itulah ungkap dokter satu ini.

Dokter Skadron
Tugas di daerah operasi Timor-Timur dia jalani hampir setengah tahun, dan kembali ke Rumkit Iswahyudi Madiun hingga tahun 2000 dan berpangkat Letnan satu . Selesai pendidikan Sekolah Kesehatan Penerbangan (Sekespra) Angkatan XVIII tahun 2000, dokter satu ini dipindah ke Skadron Udara 6 Wing 4 Lanud Atang Senjaya Bogor, sebagai Kepala Urusan Kesehatan (Kaur Kes) atau dokter skadron. Adanya restrukturisasi organisasi di skadron jabatan yang dia tempati berganti nama sebagai Kepala Kesehatan (Kakes) skadron. Pangkat kapten dia dapatkan saat bertugas di skadron. Skadron udara yang oleh kebanyakan anggota TNI AU dianggap tempat yang serem dan menakutkan, ternyata disangkal oleh dokter satu ini. Bagi Dr.M.Roikhan Harowi.,SpTHT-KL.M.Kes skadron merupakan tempat yang menyenangkan untuk belajar dan bekerja. Disiplin dan loyalitas merupakan ciri yang dijunjung tinggi di skadron demikian penjelasan Karumkit El Tari. Hampir 3,5 tahun lebih dinas di skadron dia jalani sehingga cukup akrab dengan crew skadron 6 yang mengawaki pesawat S-58 T (Twin Pack) dan NAS 332 Super Puma ini.

KRL Bogor - Jakarta
Setelah 3,5 tahun di skadron udara 6, dokter satu ini mendapatkan mutasi ke Jakarta yaitu tepatnya sebagai Kaur Audiometri di klinik THT Aeroklinik Lakespra Saryanto. Hari- hari dia jalani dengan perjalanan dari Bogor ke Jakarta dengan menggunakan jasa kereta api KRL. Tepat jam 05.00 dokter ini sudah berada di atas kereta api di stasiun Bogor. Ketinggalan sebentar saja maka akan telat sampai di Jakarta dan tidak akan dapat mengikuti apel pagi, demikian kata dokter Harowi. Dan baru sekitar jam 17.00 dokter ini sampai kembali di Bogor. Hanya mandi dan ganti baju bahkan tidak sempat makan minum dokter satu ini langsung menuju tempat praktek. Kehidupan seperti ini dia jalani dengan senang hati meskipun waktu bersama dengan anak sangat berkurang,karena saat dokter ini berangkat kerja anak-anak belum bangun dan saat pulang praktek,anak-anak sudah tidur. Rutinitas seperti ini tidak lama dia jalani karena panggilan untuk sekolah spesialis THT di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta telah ada. Mulai per 1 Januarai 2004 kehidupan dia jalani sebagai Residen Ilmu Penyakit THT. Keluargapun harus diboyong ke Yogyakarta.

Usaha dan Kerja Keras
Suasana pendidikan spesialis sangat jauh berbeda dengan kehidupan militer seperti yang dia alami sehari-hari. Banyak teman-teman senior residen THT merupakan adik kelas sewaktu menempuh pendidikan dokter umum dulu. Seorang perwira pangkat kapten harus mau diperintah oleh senior residen yang nota bene adalah adik-adiknya waktu pendidikan dokter dan umurnya jauh lebih muda. Tetapi semua dia jalani dengan senang hati dan ikhlas. Badai pasti akan berlalu, demikian ungkapan dia untuk menghibur diri. Pendidikan spesialis dia jalani dengan usaha dan kerja yang keras karena dia harus menempuh program pendidikan S2 yang dilaksanakan bersama-sama dengan pendidikan spesialis. Double degree demikian istilah yang lazim, karena harus menempuh dua pendidikan dalam satu waktu. Dengan stock dana yang terbatas, kerja dan kemauan yang keras, dia jalani pendidikan spesialis dan S2 dengan lancar. Hal ini terbukti bahwa gelar spesialis THT-KL ini dia raih dengan tepat waktu yaitu bulan Juli 2008, bahkan gelar S2 Magister kesehatan (M.Kes) sudah dia raih pada tahun sebelumnya yaitu Juli 2007.

Peran Keluarga
Kesuksesan yang dia raih tidak terlepas dari peran istri tercintanya yaitu Diah Astuti Damayanti,SH. Istri dan kedua anak tercintanya Muhammad Luthfi Jaisyurrahman (9 tahun) dan Amira Zahra Ahsani Taqwim (5 tahun) adalah sebagai pemberi semangat dan ide dalam menyelesaikan pendidikan. Dialah yang mendorong motivasi saya untuk segera menyelesaikan pendidikan ini, ungkap dokter ini dengan penuh bangga. Bahkan istrinya di suruh untuk menempuh pendidikan S2 juga di Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum UGM, begitu dia menyelesaikan pendidikan spesialis. Saya berprinsip seperti bapak ibu saya, bahwa beliau tidak dapat memberi warisan apa-apa kecuali warisan pendidikan / ilmu yang dapat digunakan sepanjang masa, demikian penjelasan Dr Harowi.

Tugas berat
Begitu selesai pendidikan spesialis, dia mendapatkan Skep penempatan sebagai Kepala Rumah sakit TK IV El Tari Kupang terhitung mulai September 2008. Tugas ini berat dan sebagai tantangan bagi saya untuk dapat menjalankan dengan baik,ungkap ahli THT ini. Rumah sakit TNI AU harus dikelola secara profesional dan berorientasi pelayanan dan profit jika ingin maju, karena subsidi dari atas sangat terbatas. Subsidi silang merupakan cara yang jitu untuk tetap mengedepankan kualitas dukungan dan pelayanan kepada pasien Dinas, demikian penjelasan karumkit.

1 komentar:

  1. Alhamdulillah temanku di SD dan SMP bisa menjadi orang yang berilmu yang bermanfaat bagi orang banyak, sekaligus menjadi pejabat yang bisa ikut membangun negeri ini dengan amanah.

    BalasHapus